Kamis, 23 November 2017

SEJARAH JOGET DANGKONG


Tari Dangkong merupakan salah satu bagian dari tradisi tari yang khas di Provinsi Kepulauan Riau. Tari Dangkong atau lebih akrab dikenal dengan sebutan JOGET DANGKONG merupakan joget yang resal dari Kabupaten Karimun. Tari Melayu Dangkong tersebut sudah sering diperlombakan dalam berbagai festival, baik skala nasional maupun internasional. Salah satu perlombaan yang sudah rutin dilakukan terkait dengan tarian ini adalah "Dangkong Dance Festival" di "Ka'bupaten Karimun dan Lomba Tari Dangkong di Tanjungpinang melalui Perayaan Seni dan Budaya di Lingkungan ASN/KORPRI Kota Tanjungpinang. Joget Dangkong telah diakui Kementerian Pariwisata sebagai budaya Karimun, bahkan beberapa negara-negara tersebut juga mengakui Dangkong Karimun. 



Dangkong, awalnya adalah kesenian Melayu yang sering digelar masyarakat Kecamatan Moro. Joget tersebut tidak diketahui secara pasti siapa penciptanya. Joget tersebut merupakan ungkapan dan emosi dari masyarakat di sekitarnya. Joget Dangkongsaat ini menjadi salah satu tari tradisional Melayu di Kepulauan Riau yang kejayaannya pada masa Kerajaan Melayu. Pada masa itu, pihak kerajaan merupakan pelindung bagi berbagai bentuk kesenian. Kesenian Melayu, khususnya kesenian tari di masyarakat Melayu Kepulauan Riau hidup dan terus mengalami perkembangan. Fungsi kesenian tari pada masa Kerajaan Melayu yaitu sebagai hiburan bagi keluarga Kerajaan Melayu, sebagai penyambutan tamu Kerajaan Melayu, dan juga sebagai hiburan bagi seluruh masyarakat Melayu serta sebagai beberapa rangkaian dalam adat Melayu.

Kesenian Joget Dangkong popular kira-kira sejak zaman kerajaan Melayu Bentan, Riau-Lingga, hingga pada era tahun 1960-an. Kepopuleran kesenian joget Dangkong tidak hanya di wilayah Kepulauan Riau saja, namun juga berkembang di wilayah lain di Pulau Sumatera, seperti daerah Medan, Jambi, dan Palembang. Kepopuleran Joget Dangkong di dalam dan di luar wilayah Kepulauan Riau telah mendorong lahirnya kelompok Joget Dangkong di berbagai daerah, seperti di Pulau Tembeling, Bintan, Batam, Karimun, Dompak, Mantang, Lingga, Sugi, Parit, Tanjung Batu, dan Moro. Kelompok-kelompok kesenian Joget Dangkong inilah yang berjasa mempopulerkan kesenian Joget Dangkong ke seluruh pelosok wilayah Kepulauan Riau.             

Joget Dangkong sudah sangat jarang ditampilkan baik dalam upacara adat, maupun sebagai hiburan bagi masyarakat umum. Kelompok Joget Dangkong di Kecamatan Moro menyadari ancaman kepunahan kesenian Joget Dangkong tersebut. Oleh karena itu, demi menjaga eksistensi kesenian Joget Dangkong di Moro, para seniman melakukan beberapa perubahan terhadap kesenian Joget Dangkong. Perubahan tersebut meliputi alat musik, anak joget, lagu dan gerakan joget, kostum dan tata rias hingga pertunjukkan Joget Dangkong. 

A. Alat Musik
Alat musik tradisional Joget Dangkong
Alat Musik yang pertama kali digunakan dalam suatu pertunjukkan Joget Dangkong di Moro saat itu hanya ada 4, yaitu gong, gendang tambur, gendang babane, dan bjole tempurung. Namun saat ini, selain keempat alat musik itu, sudah ditambahkan akordion, biola, marwas, gitar elektrik, dan organ tunggal.
Akordion merupakan alat musik sejenis organ yang berasal dari Eropa yang kemudian digunakan oleh masyarakat Melayu sebagai alat musik dalam berbagai ragam kesenian Melayu. Akordion jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan oran. Alat musik ini dimainkan dengan menekan tombol-tombol akord dengan jari tangan kiri, sedangkan tangan kanan memainkan melodi lagu yang dibawakan. Untuk menghasilkan bunyi, akordion ditarik dan didorong untuk menggerakkan udara di dalamya. Pergerakan udara yang tersalur ke lidah akordion menghasilkan nada yang sesuai dengan akord yang ditekan.           


Biola merupakan alat musik yang sudah lama digunakan oleh masyarakat Melayu sebagai alat musik kesenian Joget Dangkong, sebagai pengganti bloje tempurung. Biola sebenarnya merupakan alat musik yang berasal dari Portugis yang kemudian diadopsi oleh masyaraka Melayu dan disesuaikan oleh lagu-lagu Melayu. Biola merupakan alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar yang disetel berbeda satu sama lainnya hingga menghasilkan tangga nada yang serasi.


Marwas merupakan sebuah gendang yang berukuran lebih kecil dari gendang biasa. Marwas berbentuk bulat tabung dengan ukuran diameter (bawah dan atas) 18 cm dan tinggi 12 cm. marwas terbuat dari kayu cempedak yang sudah tua, kulit kambing atau kulit pelanduk, dan rotan yang berfungsi sebagai pengikat. 


B. Bentuk Pertunjukkan 
Dalam upacara adat, seperti upacara adat perkawinan, kesenian joget dangkong umumnya dimainkan pada malam hari sebelum atau setelah pelaksanaan upacara perkawinan. Pertunjukkan kesenian Joget Dangkong pada kesempatan ini dikhususkan untuk menghibur keluarga besar kedua mempelai serta masyarakat Melayu di sekitar lingkungan tempat tinggal. Dalam pertunjukkan ini, semua yang hadir dipersilakan berjojet tanpa harus membeli tiket. Pertunjukkan joget pada kesempatan ini tidak hanya didominasi oleh kaum laki-laki, tetapi juga kaum perempuan. Selain itu, penonton tidak hanya berjoget dengan anak joget yang disukainya, melainkan berjoget bersama-sama dengan suka.

Pertunjukkan joget dalam suatu acara kepemudaan (seperti peringatan HUT Kemerdekaan RI, Hari Sumpah Pemuda atau Hari Ulang Tahun Kabupaten Karimun) atau kegiatan yang diadakan oleh pemeritah daerah (seperti malam kesenian, perlombaan sampan layar atau Dangkong Dance Festival) sedikit berbeda dengan pertunjukan joget dalam upacara adat. Pertunjukan joget tidak hanya dilaksanakan pada malam hari, tetapi juga dilaksanakan pada siang hari tergantung pada jenis kegiatan atau acara yang diadakan oleh pelaksana Biasanya joget dangkong dilaksanakan di tepi pantai setelah semua kegiatan lomba selesai dilaksanakan. Berjoget bersama menjadi hiburan yang dinanti-nanti bagi semua peserta dan seluruh penonton yang hadir. Pada pertunjukan ini siapa saja boleh mengebeng, baik laki-laki maupun perempuan.

C. Formasi Anak Joget
Saat ini, seorang anak joget tidak lagi merangkap sebagai penyanyi.

D. Gerakan Joget Dangkong 
Gerakan joget dangkong dicirikan dengan gerak rentakkan kaki yang sesuai dengan irama gendang dan gong. Namun, saat ini gerak joget dangkong mengalami banyak perubahan. Merubah gerakan joget boleh saja dilakukan, selama tetap sesuai dengan irama musik dan tetap menggunakan nama judul lagu yang asli. Anak joget berjoget dengan gerakan yang sangat teratur dan serentak layaknya tarian Melayu untuk acara-acara resmi. Joget dangkong dalam kegiatan tersebut tidak hanya ditampilkan sebagai tari hiburan, tetapi juga dikemas sebagai tari pertunjukan.




E. Lagu Joget Dangkong 
Awalnya, lagu joget dangkong adalah adalah kumpulan lagu-lagu masa kemerdekaan.Kalo saat ini, lagu yang sering diputar saat festival Joget Dangkung adalah Nona Singapura. Akan tetapi sangat disayangkan, bertambahnyabkan lagu-la'gu joget dangkong tempo dulu mulai terlupakan dan punah.

F. Kostum dan Tata Rias
Awalnya, kostum anak joget dangkong adalah mengenakan baju kurung labuh atau baju kurung biasa yang dipadankan dengan kain batik (untuk kaum lelaki) dan baju kebaya yang dipadankan dengan rok atau celana panjang (untuk kaum perempuan). Pada bagian tata rias, Anak joget dangkong awalnya menggunakan rambut asli dengan sanggul dan dihias dengan bunga hidup . Namun saat ini, kostumnya telah menggunakan baju kaos dan celana jeans panjang yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuh. Selain itu ada juga tambahan beberapa aksesoris kostum seperti gelang, kalung, ikat pinggang, dan selendang. Tata riasnya pun telah menggunakan alat-alat rias modern dan berbagai macam sanggul. Untuk hiasan rambut, anak joget telah menggunakan berbagai hiasan rambut seperti bando atau jepit rambut yang terbuat dari bahan plastik dengan berbagai model dan warna, sunting, kembang goyang, dan berbagai hiasan rambut yang terbuat dari tembaga atau kuningan. 




Kesimpulan 
Kesenian joget dangkong atau disebut juga "dangkung" merupakan kesenian tari tradisional yang sudah ada sejak masa Kerajaan Melayu di Kepulauan Riau. Joget Dangkong ini berfungsi sebagai upacara adat, adat pernikahan, sebagai penghibur warga kerajaan pada zaman dahulu, serta sebagai penghibur semua masyarakat disekitar kerajaan. Kesenian jogger dangkong ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman, baik dari perubahan alat musik yaitu dengan menggunakan biola, perubahan bentuk pertunjukkan, perubahan formasi anak joget, perubahan gerakan joget dangkong, perubahan lagu joget, dan perubahan kostum dan tata rias joget dangkong.


Daftar Pustaka 
Badan Pusat Statistik. 2007. Kecamatan Moro Dalam Angka Tahun 2007/2008. Kabupaten Karimun: BPS.
Hamidi, UU. 2003. Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Riau. Pekanbaru: Unri Press. 
Hamidi, UU. 2006. Lagad Melayu Dalam Lintasan Budaya di Riau. Pekanbaru: Bilik Kreatif Press. 
Hamidi, UU. 1995. Orang Melayu di Riau. Pekanbaru: UIR Press. Jawara News. 2012. "Joget Dangkung". 
http://jawaranews.blogspot.com/2012/06/tradisi-melayu-joged-dangkong.html. Diakses pada tanggal 18 Mei 2015. 
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan. Sobowati. 2009. 
Kesenian Tradisional Masyarakat Bangka Belitung. Depbudpar­­­­­­­­­­­­­-BPSNT Tanjungpinang.

Penari Joget Dangkung dan Suporter dari Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Tanjungpinang 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BPN: MENUJU PELAYANAN PERTANAHAN MODERN STANDART DUNIA

YUK.... SIMAK VIDEO INI DULU YAH... https://www.youtube.com/watch?v=fE1f0jXt5xk